Surat undangan pendakian puncak Binaya itu ternyata masih terselip rapi
pada bundelan surat-surat masuk yang ada di bagian umum dan persuratan di
kantor saya, padahal surat tersebut sebetulnya telah sampai di kantor seminggu
sebelumnya, hanya saja karena kesibukan saya yang jarang berada di kantor
selama 1 minggu belakangan ini karena harus menangani kegiatan di lapangan
membuat surat tersebut harus tertahan di sana selama 1 minggu lebih, beruntung
pelaksanaan kegiatan “Tracking Binaya”-seperti yang tertera di surat undangan,
masih dalam jangka waktu semingguan lagi. Surat undangan resmi dari pihak Balai
Taman Nasional Manusela ini sudah saya tunggu-tunggu sejak sebulan yang lalu
sejak salah satu teman yang bertugas di Taman Nasional Manusela mengabarkan rencana
kegiatan itu. Pendakian ke Binaya merupakan salah satu obsesi yang harus saya
pendam selama 3 tahun terakhir ini, siapa pula yang tidak tergoda dengan
pendakian salah satu Seven Summits Indonesia
yang merupakan perwakilan puncak tertinggi
dari daratan Maluku dan Maluku Utara dalam konsep pendakian gunung yang
dipopulerkan oleh Hendri Agustin sejak 2008. Dalam sebuah situs di internet
yang dirilis oleh Hendri Agustin, sang penggagas Seven Summit Indonesia , tercatat bahwa baru seorang Dody Johan
Jaya pada bulan Juli 2011 yang mengaku telah menempuh ke tujuh puncak tersebut,
menurut rumor yang beredar dia adalah seorang presenter salah satu stasiun
televisi swasta di Indonesia yang juga merupakan anggota Mapala UI. Walaupun
tidak tertutup kemungkinan ada orang lain yang telah mendahuluinya, hanya saja
mungkin kurang diekspos selama ini, atau tidak ingin mengekspos diri. Tak
banyak ditemui catatan tentang perjalanan pendakian ataupun ekspedisi gunung
Binaya, beberapa organisasi pecinta alam atau penggiat kegiatan alam terbuka
cenderung tidak mempublikasikan catatan perjalanan yang mereka miliki, andai
pun ada hanya bisa diperoleh dengan mengontak langsung individu yang pernah
melakukan pendakian ke sana.
Banyak sudah para pendaki-pendaki tangguh dari pulau jawa yang berusaha
mengakrabi dan menjajaki tantangan di jalur Binaya, entah itu melalui jalur
Utara maupun jalur Selatan. Mulai dari ekspedisi Mapala UI pada tahun 1999,
seakan tak mau kalah, Wanadri pun telah menjejakkan kakinya sejak lama di
puncak Binaya, begitu menurut catatan pihak Taman Nasional Manusela selaku
pengelola kawasan konservasi ini. Memang terdengar sepele jika hanya melihat
pada tingginya puncak Binaya, dengan puncak tertingginya hanya berkisar pada
ketinggian 3027 mdpl, beberapa gunung di pulau Jawa banyak yang memiliki
ketinggian yang tak jauh beda dengan puncak Binaya atau bahkan lebih tinggi,
namun bisa dicapai dengan mudah. Lain halnya dengan Binaya, dimana waktu
efektif perjalanan dengan rute paling cepat untuk mencapai puncak bisa menghabiskan
selama 4-5 hari, itupun belum termasuk perjalanan kembali turun dari
puncak. Salah satu stasiun televisi
swasta tanah air pernah melakukan perjalanan selama 20 hari untuk perjalanan
naik dan turun gunung Binaya, sedangkan menurut para anggota pecinta alam yang
bermarkas di Maluku sendiri, perjalanan paling cepat bisa ditempuh selama 7-8
hari perjalanan, dengan catatan yang melakukan pendakian adalah orang yang
terampil dan terlatih. Beragam medan pendakian yang disuguhkan, mulai dari
jalan lebar dengan pengerasan pasir dan batu, berjalan menyusuri badan sungai
sepanjang hari, jalur datar setengah hari penuh tanpa pemandangan berarti,
jalur berlumpur hingga sedalam lutut saat musim penghujan tiba, serta medan
terjal berbatu cadas tajam dan labil dengan jurang yang seolah tak berujung di
kiri dan kanan jalurnya.
Judul kegiatan yang dilakukan dalam rangka perayaan ulang tahun Taman
Nasional Manusela ke-15 ini adalah “Tracking Binaya”. Kegiatan ini adalah wujud
sukacita pengelola kawasan konservasi di bagian tengah pulau terbesar di
kepulauan Maluku yang terkenal dengan julukan “Nusa Ina” (Nusa ina berarti
“pulau ibu”, sebagian besar masyarakat yang ada dikalangan masyarakat Maluku
dan Maluku Utara menganggap bahwa pulau Seram yang berjuluk Nusa Ina merupakan
pulau induk dimana seluruh penduduk aslinya menyebar dari pulau ini ke seluruh
penjuru Maluku dan Maluku Utara) ini dalam menyambut bertambahnya usia salah
satu kawasan konservasi yang berstatus Taman Nasional ini selain juga sebagai
ajang promosi bagi dunia pariwisata di lingkup propinsi Maluku. Tak kurang dari
50 orang berpartisipasi menyukseskan acara ini dalam kegiatan pendakian yang
dilakukan selama lebih kurang 9 hari dari tanggal 14 Mei s/d 22 Mei 2012. Menurut pihak Balai
Taman Nasional Manusela, jalur yang dilewati dalam kegiatan Tracking Binaya tahun 2012 merupakan
jalur dengan waktu tempuh yang paling singkat. Jalur ini bermula dari desa
Huaulu yang berada di bagian Utara Taman Nasional Manusela, dan berujung di
desa Yaputi, kecamatan Tehoru yang terletak jauh di Selatan kawasan Taman
Nasional. Lebih detilnya jalur yang dilalui dalam kegiatan “Tracking Binaya”
kali ini adalah : desa Huaulu-dusun Roho-Waisamata-desa Kanikeh-Waensela-Waehuhu-Waefuku-Puncak
Binaya-Nasapeha-Aimoto-desa Piliana-desa Yaputi. Sepanjang perjalanan akan
disuguhkan pemandangan asri dan memukau, jalur yang dapat dengan segera memacu
adrenalin mengalir deras, bercengkerama dengan penduduk asli yang tinggal jauh
di pedalaman dengan kearifan lokalnya, serta berbaur dengan kemegahan dan
keperkasaan alam khas Binaya.
Memang diperlukan persiapan dan bekal yang matang dalam perjalanan ini,
baik fisik, mental, juga perlengkapan. Tentu saja sensasi dan pengalaman yang
nanti didapat sepanjang perjalanan merupakan hal yang sepadan dengan segala
tantangan dan resiko yang menyertainya. Terisolasinya kawasan taman nasional
Manusela merupakan berkah sekaligus surga bagi para penyuka dan penggiat
kegiatan alam terbuka, satu dari segelintir kecil kawasan hutan pegunungan di negeri
tercinta yang masih menawarkan sejuta pesona di tengah derasnya arus
modernisasi dan globalisasi yang melanda. Jika anda cukup kuat secara fisik dan
mental, punya waktu luang untuk bertualang, mungkin layak mencoba melakukan
pendakian ke Binaya, satu dari 7 tiang “atap tertinggi” negeri ini.
#Dokumentasi pribadi narsis dan semi narsis sepanjang perjalanan
#Dokumentasi pribadi narsis dan semi narsis sepanjang perjalanan
kerennnn
BalasHapus