Jumat, 11 Januari 2013

Bertemu


Hari itupun kemudian tiba
Kita dipertemukan dalam rinai hujan
Gemericik tetesan air rapat berjumlah milyaran
Di sudut kota yang tak kukenal

Aku terdiam dalam pesona
Membisu tujuh puluh kata
Menatap semu wajah berbalur rindu

Kali ini bukan pualam
bukan juga batu indah berlian
cukup batu berharga yang belum kukenal

Lantas, kau sajikan semangkuk sup hangat
Sepiring nasi, segelas kopi panas mengepul
Dan setangkup hati berbinar

Aku berujar di hati
Cukup sudah semua ini
Lalu, hendak kemana kita kini?

Biduk telah kurakit
Sampan pun telah kulabuhkan berdampingan
Nakhoda telah disiapkan
ABK menunggu waktu turut serta

Kita berlayar sepanjang usia
Melewati segenap ombak dan gelombang
Semoga layar tak pernah raib
jika pun robek semoga bisa kujahit
»»  Baca Selengkapnya...

Hikmah Jum'at #2


Riya merupakan salah satu penyakit mematikan, ibarat sebuah ruangan dengan sebuah mesin kendaraan yang sedang menyala di dalamnya, tak ada ruangan terbuka, tiada celah sedikitpun untuk udara bisa bersirkulasi. Tiada lobang sedikitpun bagi emisi karbon monoksida untuk bisa bereaksi dengan udara lainnya serta menetralkan racun yang ada di dalam tubuh senyawanya. Tak membutuhkan waktu yang lama tentunya, racun tersebut akan dihirup mau tidak mau oleh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Tentu saja ini akan berakibat fatal, kematian memrupakan hasil akhirnya. Begitu pula halnya dengan hati manusia, jika dalam perumpamaan di atas karbon monoksida merupakan wujud nyata dari sebuah penyakit hati yang bernama ria, dan makhluk hidup yang ada di ruangan tertutup tersebut merupakan manusia, tentu saja dapat terbayang bagaimana nasib si manusia yang ada di dalamnya. Minimal walaupun tidak mati secara serta merta, kondisi tubuhnya pun akan lemah tak berdaya, kematian akan menjemput juga pada akhirnya. Riya sebagai sebuah sikap yang lahir dari hati tak terlihat, seperti halnya karbon monoksida yang tak terlihat , tak bisa diraba, dan tak tercium oleh sensor hidung manusia.

Segala macam amalan yang seharusnya bisa menghantarkan pemiliknya ke gerbang kebahagian sepanjang masa, terbakar tak bersisa akibat riya yang menyertainya. Jangan-jangan selama ini kita telah mengamalkan dan membiasakan penyakit hati ini. Kita melakukan amalan salih hanya agar disebut sebagai saleh di mata manusia, kita berburu ilmu dan segala gelarnya hanya agar dapat dipuji orang, mengharapkan jabatan yang tinggi, atau mengharapkan pujian penghormatan dari seluruh makhluk, atau kita membantu orang lain hanya agar disebut dermawan atau agar bisa minta tolong kepada orang yang telah dibantu suatu hari nanti—sungguh sebuah kesia-siaan yang kadang tak terasa telah mendarah daging, bahkan seorang yang berbuat riya lebih sering tak sadar akan perilaku riya yang telah dilakukaannya, atau bahkan jangan-jangan mengingkarinya alias tidak merasakan berbuat seperti itu.

Tak heran masalah ria ini selalu menjadi salah satu  perhatian penting dari kanjeng rasul Muhammad SAW, juga para ulama terkenal selalu mengingatkan kita akan salah satu penyakit hati ini, jangan-jangan kita senantiasa melakukannya, dan setiap kali melakukkannya seringkali mengingkarinya?!
»»  Baca Selengkapnya...

Rabu, 02 Januari 2013

Semoga Kaupun Paham


Sodorkan padaku setangkup mimpi
Sejumput sepi
Dan sepotong hati

Ku ramu menjadi sebilah sajak
Berakar pada sekeping puisi
Tercetak pada prosa yang minim makna

Jika kaupun sudi
Hantarkan semangkuk sedih
beserta sepiring duka
biar ku padu-padankan dalam sebait karya nan sederhana

Namun tiada mampu kucipta seloka yang membahana
Atau gurindam yang memendam
Semoga kau pun paham
Semoga tiada dendam 
tiada muram
»»  Baca Selengkapnya...