Kamis, 19 November 2009

Menjemput Rindu


Kemilau kerjapan sinarmu
Terpukau sedang berlalu
Tak kuasa enyahkan risau
Lupakan sungguh tak mampu



Kemarin terasa baru
Terhidu masih harummu
Tak berdaya tergilas rindu
Tak mampu membuang galau

Sehari tak kuasa pergi
Sewindu masih kan kunanti
Tak peduli cercaan hati
Tak pernah hiraukan kaupun sepi

Menilisik tak pernah jemu
Disebrang gugusan pulau
Kapan ku kan dijamu
Bersamamu menjemput rindu


pojokan negeri timur, di gugusan pulau-pulau indah
Oktober 2009
»»  Baca Selengkapnya...

Rabu, 18 November 2009

Doa Ayah




Tuhanku, Bentuklah putraku menjadi manusia yang kuat
untuk mengetahui manakala ia lemah
dan cukup berani menghadapi dirinya manakala ia takut.
Manusia yang bangga dan teguh dalam kekalahan,
jujur dan rendah hati serta berbudi halus dalam kemenangan.

Bentuklah putraku menjadi manusia yang hasratnya tidak
menggantikan yang mati.
Putra yang selalu mengetahui Engkau
dan insyaf bahwa mengenal dirinya sendiri adalah landasan pengetahuan.

Tuhanku, Aku mohon agar putraku jangan dipimpin diatas jalan yang
mudah dan lunak, tapi dibawah tekanan dan desakan, kesulitan dan tantangan.
Didiklah putraku agar teguh berdiri di atas badai serta
berbelas kasihan kepada mereka yang gagal.

Bentuklah putraku menjadi manusia yang hatinya jernih,
yang cita-citanya tinggi.
Putra yang sanggup memimpin dirinya sendiri sebelum ia berhasrat
untuk memimpin orang lain.

Putra yang menjangkau hari depan namun tak melupakan masa lampau
dan setelah ini menjadi miliknya.
Aku mohon agar putraku juga diberi perasaan jenaka agar ia bisa
serius tanpa menganggap dirinya terlalu serius.
Berikan juga ia kerendahan hati agar ia ingat kepada kesederhanaan
dan keagungan asli,
kepada sumber kearifan dan kepada kelembutan serta kekuatan asli.
Dengan demikian maka aku AYAHNYA akan memberanikan diri dan berbisik : ”HIDUPKU TAK SIA-SIA”.

Douglas Mc. Arthur
»»  Baca Selengkapnya...

Senin, 16 November 2009

haji&dermawan






Seorang pemurah adalah pohon surga yang rantingnya berjuluran ke dunia. Barangsiapa menggaet rantingnya itu, ia akan terbawa ke surga. Bakhil adalah pohon neraka yang rantingnya pun berjuluran ke dunia. Maka, barangsiapa menggaet rantingnya itu, ia akan terbawa ke neraka--Nabi Muhammad SAW

Salah satu ciri seorang yang dikaruniai haji mabrur itu di antaranya adalah menjadi seorang yang pemurah sesampainya di Tanah Air kembali. Biarpun skalanya kecil-kecilan, ia nampak pemurah di antara sesamanya. Ia tersenyum lebih dulu ketika berpapasan dengan saudaranya semuslim. Ia mengucapkan assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh lebih dulu.

Ia menjulurkan tangannya lebih dulu ketika bersalaman. Ia bertegur-sapa lebih dulu. Bila saat makan tiba, ia lebih dulu mengajak makan. Seandainya makannya di warung, ia mentraktir temannya itu, walau uangnya sendiri pas-pasan. Untuk keramahan dan kemurahan itu semua, ia tak merasa terbebani sedikit pun. Ia merasa biasa-biasa saja.

Hadis riwayat Al-Baihaqi di atas menunjuk perilaku Rasulullah sendiri sebagai sifat yang diteladani umatnya. Sebagai seorang pemurah, Nabi biasa membagi-bagikan harta kekayaannya kepada umatnya, sering sampai tak bersisa bagi keluarganya. Kambing, gandum, uang, pakaian, emas, dan semuanya yang pantas bagi keluarganya, pantas pula sebagai hadiah bagi kaumnya.

Tampak sekali Rasul ingin duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dan sama rata, sama rasa dengan pengikut-pengikutnya, bahkan dalam situasi yang paling rawan sekalipun. Nabi selalu ingin berbagi kebahagiaan setiap saat, juga ketika wahyu Allah deras diturunkan. Subhanallah.

Oleh seorang sarjana Barat, Rasulullah dilukiskan sebagai suatu aspek dari aktivitas Tuhan, benar-benar orang pilihan, Al-Mushthafa, maka sunnahnya, cara hidupnya, menjadi satu-satunya aturan perilaku yang sah bagi kaum Muslimin. Sebagai seorang uswatun hasanah, teladan yang baik, Nabi membawa sifat-sifat pancaran cahayaNya, yaitu pemurah dan penyayang. Umatnya merasakan kehangatannya sewaktu bergaul dengan beliau, merasa diayomi, merasa dibelaskasihi, merasa mendapatkan segalanya yang terbaik, lebih dari siapa pun dalam kehidupan sosial antar umat.

Menjadi pemurah itu menyehatkan badan, pikiran, perilaku, dan kehendak-kehendak. Semoga sifat pemurah itu berhasil dibawa para jemaah haji kita sebagai oleh-oleh yang paling berharga bagi sesamanya di Tanah Air. Di dalam sifat dan tindakan pemurah itu tercermin pandangan yang penuh optimisme, hingga sampai pada muaranya adalah keadilan sosial.

(ahi, republika online)
»»  Baca Selengkapnya...

Impresi






Aku tak pernah mengerti, di dunia pencaci
Bersemi luka luka, kekerasan dan tangisan

Darah tubuhku lain denganmu
Jadi bubur cair dan banyak waktu
tuk menyinyir, tuk menyinyir, tuk menyinyir

Jadi pemenang kita pikirkan, jadi yang kuat kita pikirkan
Jadi yang kaya kita pikirkan, jadi pemenang kita pikirkan..!

Aku mulai bosan dengarkan kata kata
Aku mulai muak dengarkan ceritamu
Aku sudah lelah dengan harapan
Aku mulai mual dengarkan ceritamu

Kita lupa rindangnya nurani, pertarungan adalah mati
Tak jadi akhirkan cerita, sembuhkan luka-luka

Tak mungkin lari dari nurani
Dari cerita, dari luka, dan dari waktu
tuk berbagi, tuk berbagi, tuk berbagi

Hanya pemenang kita yakini, hanya yang kuat kita yakini
Hanya yang kaya kita yakini, jadi pemenang kita yakini

Aku mulai bosan dengan cerita
Aku mulai muak dengarkan kata-kata
Aku sudah lelah dengan harapan
Aku mulai mual dengarkan ceritamu ...

Aku sudah bosan dengarkan kata-kata
Aku sudah muak dengarkan harapanmu
Aku sudah lelah dengan harapan
Aku sudah mual dengarkan ceritamu...



(pas band)
»»  Baca Selengkapnya...

Kamis, 12 November 2009

Lagu Biasa





Di teras rumah makan kami kini berhadapan
Baru berkenalan. Cuma berpandangan
Sungguhpun samudera jiwa sudah selam berselam
Masih saja berpandangan
………..
Ia mengerling. Ia ketawa
Dan rumput kering terus menyala
Ia berkata. Suaranya nyaring tinggi
Darahku terhenti berlari
Ketika orkes memulai Ave Maria
Kuseret ia ke sana…….

Dialah, Miratlah, ketika mereka rebah,
Menatap lama ke dalam pandangnya
Coba memisah matanya menantang
Yang satu tajam dan jujur yang sebelah
Ketawa diadukannya giginya pada
Mulut Chairil; dan bertanya: Adakah, adakah
Kau selalu mesra dan aku bagimu indah?
Mirat raba urut Chairil, raba dada
Dan tahukah di kini, bisa katakan
Dan tunjukkan dengan pasti di mana
Menghidup jiwa, menghembus nyawa
Liang jiwa-jiwa saling berganti. Dia
Rapatkan
Dirinya pada Chairil makin sehati;
Hilang secepuh segan, hilang secepuh cemas
Hiduplah Mirat dan Chairil dengan deras,
Menuntut tinggi tidak setapak berjarak
Dengan mati.


(puisi cinta Chairil Anwar)
»»  Baca Selengkapnya...

debu





Aku hanya debu usang tak berwujud
Terdampar digugusan pulau
Berhias cerminan gundah kemilau

Aku hanya debu usang tak berwujud
Berserak ditepian pantai jumud
Bermandikan cahaya mentari absurd

Aku anak manusia yang mencari Mu
Tertekuk lidah kaku
Tak berdaya
Tanpa Tanya
Tak pernah berhenti menjadi pendosa

Gundukan duka masih memerah basah
Tak terpikir kan berakhir seperti ini
Tak seonggok maaf pun kau terima

Aku sang pendosa tak berujung
Masih kucium harum nafasmu
Masih terasa hangat pelukmu
Berdesir kencang dipelupuk hati

Namun bukan itu yang kucari
Tak kuasa kucampakkan diri ini ke lembah nista
Tak kuasa ku benamkan dirimu ke lumpur hina
Biar kutanggung semua

Semoga kau tak pernah menyesal
Karena akupun menyesal


Pojokan timur negeri tercinta..
(maafkan semua kealpaanku selama ini..walau mungkin tak kan pernah kau maafkan...biar waktu yang dewasakan kita..)

Nopember 2009
»»  Baca Selengkapnya...

resah




(pic above downloaded from santrayana.com)

Kubisikkan lirih namamu menjelang terbaring
Berat kantuk masih berteriak nyaring
Tiada suara seindah desah nafasmu
Tiada kata seindah bahasamu

Kucoba dustai diri
Tak mungkin jatuh hati
Beriak resah ditengah samudera rindu
Tertekuk kalbu bisu

Segudang doktrin sejukkan nafsu
Kan kukekang dengan talimu
Tak kan biarkan liar menderu
Biar nanti sampai tak mampu


negeri seribu pulau..
nov 2009
»»  Baca Selengkapnya...

Minggu, 01 November 2009

puisi lugu si dungu





ini puisi lagu sendu
rintihan violin yang tak merdu
khas watak keras anak melayu
bertaruh marwah dengan rindu

malam berlalu dengan pilu
selalu begitu dari dulu-dulu
ramai sudah nasihat lalu
bukan tak mau tetapi malu

ini puisi si anak dungu
hasrat tertahan hati yang biru
penyambung lidah hati yang gagu
yang tak sanggup lagi untuk berseru

untukmu yang tersipu-sipu
yang setia menunggu dibalik pintu
masihkah kau ada disitu
kuhantar untukmu sejuta kupu-kupu

ikut sini, jangan kau ragu
simpan dulu itu buku-buku
apa lagi yang kau tunggu
siapa lagi kalau bukan aku

ijinlah dulu pada ibumu
jangan lupa pula kau berwudhu
kita tinggalkan masa yang lalu
mari mulai hidup baru

ah... itu dia rupanya pak penghulu!

bang jenggot,
batavia darusysyaitan, 14 September 2009

disalin dari blog nya bang jenggot : http://kalicode.blogspot.com
»»  Baca Selengkapnya...

cerita kerinci





2 tahun berlalu bagai mimpi
Pernah lalui hari-hari panas di bumi lancang kuning
Coba mengadu nasib menggantang mimpi
Di sela-sela serakahnya rimba mangium tanpa kompromi
Hening di telan deru truk besar nan gagah
Pengangkut gelondongan kayu hasil bumi negeri tak bertuan
Penyuap setia raksasa mesin mengepul menganga yang tak pernah kenyang


2 tahun berlalu cepat
Danau corporate saksi bisu kami melepas rindu bercengkrama dengan alam
Saat coba nikmati waktu luang
Di sela semburan Naja sp yang sering mengintai langkah
Bermandikan debu chip dan asap pekat warna-warni tanda petaka
Langkah gontai sepatu berujung besi tak lagi terdengar kini
Pelabuhan futong sambut sinis hadir kami


2 tahun yang sangat berarti
Walau bukan sebuah prestasi gagah berani setidaknya kami telah membuktikan pernah mengejar mimpi yang memang tak pernah bisa terbeli
Bertarung dengan system kapitalis yang telah jadi nyawa negeri ini
Hampir tak tertahankan, hampir terkubur idealisme sendiri
Berharap tak jadi pengecut seumur hidup
Mana kala banyak yang menyalahkan tanpa amarah


Pencarian ini terhalang panjangnya lika-liku sungai rokan

2 tahun tidaklah sekejap itu
Ketika emosi melumpuhkan nalar
Berbalut panas dingin alam mu
Tempuhi jalan-jalan panjang tak berpenghuni


2 tahun kini telah berlalu
Himpitan beban tak lagi sama
Namun kisah ini kan kuceritakan pada dunia
Kita pernah di sana
Tenggelam dalam janji semu mesin-mesin kapitalis



(thanks buat bang ali )
Buitenzorg, Kota Impian
Awal rhamadan 1429 H
»»  Baca Selengkapnya...

usang




Kembali telusuri debu usang kotamu
ditemani hangat sinar sang surya yang terasa makin menyengat
dipenghujung pulau-pulaumu
disini kini ku terdampar
tempuhi masa-masa suram tanpa hati

terjal jalanmu tak lagi kuhiraukan
kutapaki satu per satu takdir hidup ini
kemana angin kan membawaku kini

biar kunyanyikan sejuta tanya ini
diantara musuh-musuh setengah nyata yang kerap mengendus harum mimpi
disela tanjakan dan jalanmu yang makin berliku

musim hujan memang telah enyah
namun dinginmu masih kerap sambut langkah-langkah raguku
kering angin kemaraumu tak pernah surutkan langkah ku

jalani hari-hari statis tanpa makna
berjibaku dengan teman tak kenal waktu
kawan yang tak lama baru kukenal

seribu mimpi mungkinkah tergapai
masih sadarkah aku
akan keterasingan ini
tak ada yang bicara kini
kencang irama lagumu tak mampu lelapkanku

bulan setengah penuh hiasi langit cerah
diantara bermilyaran bintang tak kenal resah
tak seperti diri ini yang sering gundah
selalu kau hiasi dinding langit tanpa celah
keberadaanmu hampir saja menghiburku

mungkin kah kutemukan bintang lagi dalam hidupku
setelah lalui seribu satu gelisah
tanpa sadar waktu bergulir cepat
tinggalkan langkahku yang kian pudar
tersaput ombak dilamun badai

dimanakah ku berada kini
dinegeri seribu satu gundah
atau dinegeri seribu satu gelisah

langkah serba salah
tak sertai dirimu lagi
kata laku mu sekarang terdengar parau
sumbang nyanyian mereka usik tidur lelap

malam kian pekat
lamunan ku pun makin gelap


November 2008
pojokan timur negeri tercinta
»»  Baca Selengkapnya...