Minggu, 26 April 2015

N/A

Iba hatiku melihat jalan hidupmu saudara
Entah apa yang salah
Kurus tubuhmu jadi cerminan
Tirus wajahmu memprihatinkan

Ketahuilah olehmu :
Aku bukannya sudah tak perduli
Hanya sengaja membiarkanmu
Dimatangkan oleh waktu
Ditempa oleh kesulitan-kesulitan hidup

Mungkin caraku tak berkenan dihatimu
Biarlah biar
Waktu yang nanti kan menjawabnya
Semoga kau berubah menjadi manusia yang lebih baik

Semoga saja kau segera sembuh
Dari penyakit yang tak dapat kuobati
Dari penyakit yang tak dikenal dikalangan dokter modern sekalipun

Karena, pada akhirnya kau juga akan menjadi pemimpin
Dan semoga segera kau temukan jalan pulang






Enschede, 2015
»»  Baca Selengkapnya...

Jumat, 17 Oktober 2014

Terpisah Jauh

Setahun lebih telah berlalu, sejak kuketikkan segenap kata-kata itu, tentang puji sanjung pada orang di masa lalu. Setahun setengah tidaklah mudah, serba berliku, penuh dengan teka teki waktu, penuh dengan tawa sumringah, atau kecewa tak terluah, bahkan tangisan tanpa suara. Setahun setengah tidaklah mudah, sampai engkau hadir melengkapi kebahagiaan ini. Ya, setahun setengah yang tak terasa. Kini kita terpisah pada jarak 11 ribu kilometer, oleh samudera dan daratan yang lebih besar dari diri kita tentunya. 

-----------------

Tiga minggu sudah menjalani hidup di benua berbeda, dengan budaya yang tak sama, cuaca yang lebih dingin terasa, makanan yang tanpa rasa.
Kau lihat dedaunan menguning itu berguguran dihembus angin, rintik hujan walau kecil mulai ramai bak menari-nari
Lihat juga langkah kaki orang-orang yang terburu seperti terkejar atau mengejar sesuatu
pakaian yang mulai tertutup dan berbahan tebal
pertanda, musim gugur telah tiba, musim dingin akan segera menjelang
-----------

Aku masiih bertanya-tanya, tentang rubah yang kerap singgah
tentang serigala yang nyaring melolong
atau tentang anjing yang masih mengais-ngais kotoran di halaman orang

aku juga sering dibuat terheran, oleh kura-kura yang senantiasa menyembunyikan kepala
atau tentang lintah yang senantiasa haus darah

mungkin pandanganku nanar sudah
pendengaranku mulai samar
mulutku pun terasa kelu
menyeret kaki yang semakin berat
mengikis setiap jengkal karat semangat


Enschede, 7 Oktober 2014
»»  Baca Selengkapnya...

Rabu, 09 Oktober 2013

Setengah Kalah

Kita bertarung dengan waktu di celah dinding zaman

Kekalahan telah menunggu didepan


Pada rahim yang lelah


Pada jiwa yang gundah


Pada buku-buku lusuh


Pada jiwa yang tak kokoh


Pada diri yang setengah sadar



Maka, jangan sesaki ruang ini dengan tangisan


Selipkan sebilah harapan


Hanyutkan mimpi2 itu ke muara


Biar laut menyambutnya dengan tataran



Dan semoga kita ingat lekat


Keyakinan itu ada di depan mata


Keyakinan itu akan senantiasa di sana


Sampai kita merengkuhnya




Sukabumi, Sept 2013







»»  Baca Selengkapnya...

Jumat, 19 April 2013

Kontemplasi III


Hampir seminggu sudah waktu berjalan meninggalkan tanah dimana aku pernah menabur benih-benih mimpi masa depan, tempat bertemu dengan orang2 aneh nan hebat, menjadi kampung ketiga dalam kurun waktu 4 tahun lebih ke belakang, menjadi saksi bisu ketika aku mendengar dan menyaksikan berbagai tragedi dan peristiwa-peristiwa besar.
Meninggalkan para sahabat yang termasuk kategori terbaik dalam kurun waktu setahun ke belakang, menjadi saksi vokal sekaligus tak berdaya menghadapi segala macam kemunafikan dan kebobrokan, bahkan yang tercetus dari dalam diri sendiri.
Kini, di negeri Kie Raha, negeri empat kesultanan, aku masih merindukan masa-masa itu, masa-masa menjalani segala macam tantangan dan rintangan sekaligus juga masa-masa hebat, masa ketika aku dan kalian berbagi cerita akan mimpi dan kesulitan hidup dalam remang malam, masa ketika kita ditempa oleh berbagai kesulitan dalam jalan cerita hidup yang berliku. Masa dimana kita membangun mimpi-mimpi setinggi langit dengan kemampuan yang masih sedikit, berhiaskan caci cela dan ejekan hina dari orang-orang yang tak pernah suka, bermandikan peluh sebesar biji jagung dan tetesan darah  serta rembesan air mata untuk menganulir itu semua. Di saat semuanya tampak telah mulai berkembang pesat, aku diasingkan kembali di negeri Utara, dipaksa membawa segunung makian dan protes yang masih tersemat di dada.


Desember 2012
»»  Baca Selengkapnya...

Kontemplasi II

Jalanan tampak lengang, hilir mudik kendaraan berjumlah ribuan
Aku sedang melakukan perjalanan
Tak tampak wajahmu memandu kini
Semuanya tampak semu, berukirkan wajah seseorang dari negeri antah berantah
Semuanya hanya bisu menyaksikan perjalananku kali ini menjemput rindu

Belantara beton satu persatu mulai tertinggal jauh di belakang
Ribuan pohon menyambut ramah di jantung kota itu
Berjajar ratusan armada umum menjajakan jasa

Jalanan yang sempat kulalui dulu dengan seribu asa
Kini hanya menyisakan kepingan cerita
Jembatan penyebarangan tempat kita menyebrang dulu
Kini diam seolah tanpa maya

Setidaknya kita telah mencoba
Toh waktu juga yang selalu menjadi penyembuh segala
Akhirnya keterasingan juga yang akan menjawab semuanya.
»»  Baca Selengkapnya...

Selasa, 09 April 2013

Kontemplasi


Sudahkah kita berkemas menapaki masa kini
Meninggalkan masa lalu yang suram
Menjauh dari masa dulu yang kelam
Merindukan masa lampau yang temaram; meneduhkan

Atau masihkah terpancang rasa enggan
Rindu  dendam yang bertalu-talu
Tentang memori masa dulu
Terselip pada sebilah kenangan

Sudahkah kau siapkan bekal sepanjang jalan nanti
Lobang-lobang menganga siap diisi
Benak-benak paham siap diuji
Jeruji-jeruji mimpi kita gergaji?!
»»  Baca Selengkapnya...

Jumat, 11 Januari 2013

Bertemu


Hari itupun kemudian tiba
Kita dipertemukan dalam rinai hujan
Gemericik tetesan air rapat berjumlah milyaran
Di sudut kota yang tak kukenal

Aku terdiam dalam pesona
Membisu tujuh puluh kata
Menatap semu wajah berbalur rindu

Kali ini bukan pualam
bukan juga batu indah berlian
cukup batu berharga yang belum kukenal

Lantas, kau sajikan semangkuk sup hangat
Sepiring nasi, segelas kopi panas mengepul
Dan setangkup hati berbinar

Aku berujar di hati
Cukup sudah semua ini
Lalu, hendak kemana kita kini?

Biduk telah kurakit
Sampan pun telah kulabuhkan berdampingan
Nakhoda telah disiapkan
ABK menunggu waktu turut serta

Kita berlayar sepanjang usia
Melewati segenap ombak dan gelombang
Semoga layar tak pernah raib
jika pun robek semoga bisa kujahit
»»  Baca Selengkapnya...