Hampir seminggu sudah waktu berjalan meninggalkan
tanah dimana aku pernah menabur benih-benih mimpi masa depan, tempat bertemu
dengan orang2 aneh nan hebat, menjadi kampung ketiga dalam kurun waktu 4 tahun
lebih ke belakang, menjadi saksi bisu ketika aku mendengar dan menyaksikan
berbagai tragedi dan peristiwa-peristiwa besar.
Meninggalkan para sahabat yang termasuk kategori
terbaik dalam kurun waktu setahun ke belakang, menjadi saksi vokal sekaligus
tak berdaya menghadapi segala macam kemunafikan dan kebobrokan, bahkan yang
tercetus dari dalam diri sendiri.
Kini, di negeri Kie Raha, negeri empat kesultanan,
aku masih merindukan masa-masa itu, masa-masa menjalani segala macam tantangan
dan rintangan sekaligus juga masa-masa hebat, masa ketika aku dan kalian
berbagi cerita akan mimpi dan kesulitan hidup dalam remang malam, masa ketika
kita ditempa oleh berbagai kesulitan dalam jalan cerita hidup yang berliku.
Masa dimana kita membangun mimpi-mimpi setinggi langit dengan kemampuan yang
masih sedikit, berhiaskan caci cela dan ejekan hina dari orang-orang yang tak pernah
suka, bermandikan peluh sebesar biji jagung dan tetesan darah serta rembesan air mata untuk menganulir itu
semua. Di saat semuanya tampak telah mulai berkembang pesat, aku diasingkan
kembali di negeri Utara, dipaksa membawa segunung makian dan protes yang masih
tersemat di dada.
Desember 2012
Posting Komentar