Riya merupakan salah satu penyakit mematikan,
ibarat sebuah ruangan dengan sebuah mesin kendaraan yang sedang menyala di
dalamnya, tak ada ruangan terbuka, tiada celah sedikitpun untuk udara bisa
bersirkulasi. Tiada lobang sedikitpun bagi emisi karbon monoksida untuk bisa
bereaksi dengan udara lainnya serta menetralkan racun yang ada di dalam tubuh
senyawanya. Tak membutuhkan waktu yang lama tentunya, racun tersebut akan
dihirup mau tidak mau oleh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Tentu saja ini
akan berakibat fatal, kematian memrupakan hasil akhirnya. Begitu pula halnya
dengan hati manusia, jika dalam perumpamaan di atas karbon monoksida merupakan
wujud nyata dari sebuah penyakit hati yang bernama ria, dan makhluk hidup yang
ada di ruangan tertutup tersebut merupakan manusia, tentu saja dapat terbayang
bagaimana nasib si manusia yang ada di dalamnya. Minimal walaupun tidak mati
secara serta merta, kondisi tubuhnya pun akan lemah tak berdaya, kematian akan
menjemput juga pada akhirnya. Riya sebagai sebuah sikap yang lahir dari hati
tak terlihat, seperti halnya karbon monoksida yang tak terlihat , tak bisa
diraba, dan tak tercium oleh sensor hidung manusia.
Segala macam amalan yang seharusnya bisa
menghantarkan pemiliknya ke gerbang kebahagian sepanjang masa, terbakar tak
bersisa akibat riya yang menyertainya. Jangan-jangan selama ini kita telah
mengamalkan dan membiasakan penyakit hati ini. Kita melakukan amalan salih
hanya agar disebut sebagai saleh di mata manusia, kita berburu ilmu dan segala
gelarnya hanya agar dapat dipuji orang, mengharapkan jabatan yang tinggi, atau
mengharapkan pujian penghormatan dari seluruh makhluk, atau kita membantu orang
lain hanya agar disebut dermawan atau agar bisa minta tolong kepada orang yang
telah dibantu suatu hari nanti—sungguh sebuah kesia-siaan yang kadang tak
terasa telah mendarah daging, bahkan seorang yang berbuat riya lebih sering tak
sadar akan perilaku riya yang telah dilakukaannya, atau bahkan jangan-jangan
mengingkarinya alias tidak merasakan berbuat seperti itu.
Tak heran
masalah ria ini selalu menjadi salah satu perhatian penting dari kanjeng rasul Muhammad
SAW, juga para ulama terkenal selalu mengingatkan kita akan salah satu penyakit
hati ini, jangan-jangan kita senantiasa melakukannya, dan setiap kali
melakukkannya seringkali mengingkarinya?!
Posting Komentar