Jumat, 11 Januari 2013

Hikmah Jum'at #2


Riya merupakan salah satu penyakit mematikan, ibarat sebuah ruangan dengan sebuah mesin kendaraan yang sedang menyala di dalamnya, tak ada ruangan terbuka, tiada celah sedikitpun untuk udara bisa bersirkulasi. Tiada lobang sedikitpun bagi emisi karbon monoksida untuk bisa bereaksi dengan udara lainnya serta menetralkan racun yang ada di dalam tubuh senyawanya. Tak membutuhkan waktu yang lama tentunya, racun tersebut akan dihirup mau tidak mau oleh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Tentu saja ini akan berakibat fatal, kematian memrupakan hasil akhirnya. Begitu pula halnya dengan hati manusia, jika dalam perumpamaan di atas karbon monoksida merupakan wujud nyata dari sebuah penyakit hati yang bernama ria, dan makhluk hidup yang ada di ruangan tertutup tersebut merupakan manusia, tentu saja dapat terbayang bagaimana nasib si manusia yang ada di dalamnya. Minimal walaupun tidak mati secara serta merta, kondisi tubuhnya pun akan lemah tak berdaya, kematian akan menjemput juga pada akhirnya. Riya sebagai sebuah sikap yang lahir dari hati tak terlihat, seperti halnya karbon monoksida yang tak terlihat , tak bisa diraba, dan tak tercium oleh sensor hidung manusia.

Segala macam amalan yang seharusnya bisa menghantarkan pemiliknya ke gerbang kebahagian sepanjang masa, terbakar tak bersisa akibat riya yang menyertainya. Jangan-jangan selama ini kita telah mengamalkan dan membiasakan penyakit hati ini. Kita melakukan amalan salih hanya agar disebut sebagai saleh di mata manusia, kita berburu ilmu dan segala gelarnya hanya agar dapat dipuji orang, mengharapkan jabatan yang tinggi, atau mengharapkan pujian penghormatan dari seluruh makhluk, atau kita membantu orang lain hanya agar disebut dermawan atau agar bisa minta tolong kepada orang yang telah dibantu suatu hari nanti—sungguh sebuah kesia-siaan yang kadang tak terasa telah mendarah daging, bahkan seorang yang berbuat riya lebih sering tak sadar akan perilaku riya yang telah dilakukaannya, atau bahkan jangan-jangan mengingkarinya alias tidak merasakan berbuat seperti itu.

Tak heran masalah ria ini selalu menjadi salah satu  perhatian penting dari kanjeng rasul Muhammad SAW, juga para ulama terkenal selalu mengingatkan kita akan salah satu penyakit hati ini, jangan-jangan kita senantiasa melakukannya, dan setiap kali melakukkannya seringkali mengingkarinya?!

Posting Komentar