Kalau sedang sakit, butuh
berobat, hindari sebisa mungkin ke dokter, apalagi ke dokter praktek, harganya
selangit, supaya ga sakit, maka rajin-rajinlah berolahraga, makan dan istirahat
yang cukup. Harga yang harus dibayar untuk berobat di negeri ini semakin
menggila, orang yang kekurangan materi hanya bisa gigit jari. berobat ke dokter karena sakit, sungguh bukan perkara yang indah untuk dikatakan, bukan karena sakitnya, tapi lebih karena
harus juga memikirkan berapa duit yang harus dikeluarkan ketika harus mampir
menyapa sang dokter.
Kalau sedang sakit, butuh
berobat, hindari sebisa mungkin ke dokter, apalagi ke dokter praktek, harganya
selangit, supaya ga sakit, maka rajin-rajinlah berolahraga, makan dan istirahat
yang cukup. Harga yang harus dibayar untuk berobat di negeri ini semakin
menggila, orang yang kekurangan materi hanya bisa gigit jari. Ongkos berobat
saat ini di negeri ini cukup mahal, bukan hanya di puskesmas atau rumah sakit
umum, betapa akan lebih merobek kantong lagi jika harus berobat di klinik atau
ke dokter yang membuka praktek di sore menjelang malam hari. Bukan hanya biaya
dokternya saja yang meroket, konon harga obatpun tak ikut ketinggalan naik,
padahal katanya sudah ada subsidi obat dari pemerintah, program pengobatan
untuk masyarakat miskin yang bernama jamkesmas dan program-program brilian
lainnya.
Kalau sedang sakit, butuh
berobat, hindari sebisa mungkin ke dokter, apalagi ke dokter praktek, harganya
selangit, supaya ga sakit, maka rajin-rajinlah berolahraga, makan dan istirahat
yang cukup. Harga yang harus dibayar untuk berobat di negeri ini semakin
menggila, orang yang kekurangan materi hanya bisa gigit jari. Padahal jika
menilik kembali kepada sumpah profesi dokter indonesia, isinya sungguh teramat mulia.
Sumpah yang diadopsi dari Hypocrates ini sebenarnya sangat mulia jika seluruh
dokter mampu melaksanakan semua sumpah dengan tidak membelokkan maknanya, butuh
kejernihan hati untuk bisa melaksanakan ini tentunya. Entah apa yang terjadi,
sebagian besar dokter (walaupun ada segolongan besar lainnya) cenderung lebih mengindahkan
kepentingan duniawi. Layanan kesehatan yang seharusnya dilakukan dengan hati
nurani, harus lebih bersandarkan pada kekuatan materi, dalam hal ini seberapa
besar kekayaan materi yang dimiliki pasien.
Kalau
sedang sakit, butuh berobat, hindari sebisa mungkin ke dokter, apalagi ke
dokter praktek, harganya selangit, supaya ga sakit, maka rajin-rajinlah
berolahraga, makan dan istirahat yang cukup. Harga yang harus dibayar untuk
berobat di negeri ini semakin menggila, orang yang kekurangan materi hanya bisa
gigit jari. Orang yang kantongnya terbatas hanya bisa menghela nafas. Program
berobat gratis untuk kalangan yang tak berpunya resmi hanya slogan dan
tipu-tipu belaka, hanya dipakai dalam rayuan kampanye manusia-manusia indonesia
dengan wajah sejuta.
Posting Komentar