seketika kenangan berkelindan, saat tengah malam menjelang. Baiklah,
akan kuturutkan kata hati malam ini, sekedar menghibur hati sunyi, membuang
semua resah hati. Jam yg melekat di
pergelangan tangan baru menunjukkan 12 tepat tengah malam. Kusambar jaket lusuh
favorit itu, lantas kukenakan, bersegera menyalakan sepeda motor tuaku. Jalanan
belum lagi sunyi selarut ini, sepeda motor masih berseliweran di sana-sini,
anak-anak muda tanggung masih betah nongkrong di sepanjang jalan menuju kota.
Tujuanku salah satunya membeli lauk untuk bekal sahur nanti, nasib baik masih
ada ibu-ibu cukup renta yang masih setia menjajakan penganan berbuka dari sore
tadi. segera setelah membeli bekal makanan buat nanti subuh, aku melanjutkan
perjalanan ke arah pelabuhan Ambon. di sepanjang jalan menuju jembatan Losari
masih terlihat semarak oleh warung-warung gaul beratapkan tenda-tenda besi.
Gegap gempita musik dengan suara bass
nyaring masih terdengar bersahut-sahutan.
Bulan separuh bulatan, sepenggalan mengambang hampir tumbang di ufuk
barat, malu-malu mengintip di balik awan, gemerlap lampu di landasan pacu
bandara di seberang teluk seakan terlihat seperti jajaran api unggun besar
berwarna kuning berbaris rapi. Laut telah surut sedari tadi, kecipakan riak
kecil yang menyentuh pantai kotor sedikit berlumpur, sayup-sayup terdengar di
antara gemuruh suara musik yang tak terdengar lagi harmonis. pedagang durian
belum hendak pulang, sengaja begadang
menantikan pembeli yang tak kunjung datang. Ini sabtu malam di penghujung
bulan, sudah terbiasa sepi pembeli durian, apalagi menjelang larut malam.
#aku terus mencoba mengusir ukiran wajahmu di pantulan sinar rembulan
dan lampu-lampu kapal dari kejauhan itu
3o Juli 2012
Posting Komentar