Rabu, 22 Agustus 2012

Teluk Kenangan


seketika kenangan berkelindan, saat tengah malam menjelang. Baiklah, akan kuturutkan kata hati malam ini, sekedar menghibur hati sunyi, membuang semua resah hati. Jam  yg melekat di pergelangan tangan baru menunjukkan 12 tepat tengah malam. Kusambar jaket lusuh favorit itu, lantas kukenakan, bersegera menyalakan sepeda motor tuaku. Jalanan belum lagi sunyi selarut ini, sepeda motor masih berseliweran di sana-sini, anak-anak muda tanggung masih betah nongkrong di sepanjang jalan menuju kota. Tujuanku salah satunya membeli lauk untuk bekal sahur nanti, nasib baik masih ada ibu-ibu cukup renta yang masih setia menjajakan penganan berbuka dari sore tadi. segera setelah membeli bekal makanan buat nanti subuh, aku melanjutkan perjalanan ke arah pelabuhan Ambon. di sepanjang jalan menuju jembatan Losari masih terlihat semarak oleh warung-warung gaul beratapkan tenda-tenda besi. Gegap gempita musik dengan suara bass nyaring masih terdengar bersahut-sahutan.

Bulan separuh bulatan, sepenggalan mengambang hampir tumbang di ufuk barat, malu-malu mengintip di balik awan, gemerlap lampu di landasan pacu bandara di seberang teluk seakan terlihat seperti jajaran api unggun besar berwarna kuning berbaris rapi. Laut telah surut sedari tadi, kecipakan riak kecil yang menyentuh pantai kotor sedikit berlumpur, sayup-sayup terdengar di antara gemuruh suara musik yang tak terdengar lagi harmonis. pedagang durian belum hendak pulang, sengaja begadang menantikan pembeli yang tak kunjung datang. Ini sabtu malam di penghujung bulan, sudah terbiasa sepi pembeli durian, apalagi menjelang larut malam.

#aku terus mencoba mengusir ukiran wajahmu di pantulan sinar rembulan dan lampu-lampu kapal  dari kejauhan itu
3o Juli 2012

Posting Komentar