Senin, 16 November 2009
haji&dermawan
Seorang pemurah adalah pohon surga yang rantingnya berjuluran ke dunia. Barangsiapa menggaet rantingnya itu, ia akan terbawa ke surga. Bakhil adalah pohon neraka yang rantingnya pun berjuluran ke dunia. Maka, barangsiapa menggaet rantingnya itu, ia akan terbawa ke neraka--Nabi Muhammad SAW
Salah satu ciri seorang yang dikaruniai haji mabrur itu di antaranya adalah menjadi seorang yang pemurah sesampainya di Tanah Air kembali. Biarpun skalanya kecil-kecilan, ia nampak pemurah di antara sesamanya. Ia tersenyum lebih dulu ketika berpapasan dengan saudaranya semuslim. Ia mengucapkan assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh lebih dulu.
Ia menjulurkan tangannya lebih dulu ketika bersalaman. Ia bertegur-sapa lebih dulu. Bila saat makan tiba, ia lebih dulu mengajak makan. Seandainya makannya di warung, ia mentraktir temannya itu, walau uangnya sendiri pas-pasan. Untuk keramahan dan kemurahan itu semua, ia tak merasa terbebani sedikit pun. Ia merasa biasa-biasa saja.
Hadis riwayat Al-Baihaqi di atas menunjuk perilaku Rasulullah sendiri sebagai sifat yang diteladani umatnya. Sebagai seorang pemurah, Nabi biasa membagi-bagikan harta kekayaannya kepada umatnya, sering sampai tak bersisa bagi keluarganya. Kambing, gandum, uang, pakaian, emas, dan semuanya yang pantas bagi keluarganya, pantas pula sebagai hadiah bagi kaumnya.
Tampak sekali Rasul ingin duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dan sama rata, sama rasa dengan pengikut-pengikutnya, bahkan dalam situasi yang paling rawan sekalipun. Nabi selalu ingin berbagi kebahagiaan setiap saat, juga ketika wahyu Allah deras diturunkan. Subhanallah.
Oleh seorang sarjana Barat, Rasulullah dilukiskan sebagai suatu aspek dari aktivitas Tuhan, benar-benar orang pilihan, Al-Mushthafa, maka sunnahnya, cara hidupnya, menjadi satu-satunya aturan perilaku yang sah bagi kaum Muslimin. Sebagai seorang uswatun hasanah, teladan yang baik, Nabi membawa sifat-sifat pancaran cahayaNya, yaitu pemurah dan penyayang. Umatnya merasakan kehangatannya sewaktu bergaul dengan beliau, merasa diayomi, merasa dibelaskasihi, merasa mendapatkan segalanya yang terbaik, lebih dari siapa pun dalam kehidupan sosial antar umat.
Menjadi pemurah itu menyehatkan badan, pikiran, perilaku, dan kehendak-kehendak. Semoga sifat pemurah itu berhasil dibawa para jemaah haji kita sebagai oleh-oleh yang paling berharga bagi sesamanya di Tanah Air. Di dalam sifat dan tindakan pemurah itu tercermin pandangan yang penuh optimisme, hingga sampai pada muaranya adalah keadilan sosial.
(ahi, republika online)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar