Kembali telusuri debu usang kotamu
ditemani hangat sinar sang surya yang terasa makin menyengat
dipenghujung pulau-pulaumu
disini kini ku terdampar
tempuhi masa-masa suram tanpa hati
terjal jalanmu tak lagi kuhiraukan
kutapaki satu per satu takdir hidup ini
kemana angin kan membawaku kini
biar kunyanyikan sejuta tanya ini
diantara musuh-musuh setengah nyata yang kerap mengendus harum mimpi
disela tanjakan dan jalanmu yang makin berliku
musim hujan memang telah enyah
namun dinginmu masih kerap sambut langkah-langkah raguku
kering angin kemaraumu tak pernah surutkan langkah ku
jalani hari-hari statis tanpa makna
berjibaku dengan teman tak kenal waktu
kawan yang tak lama baru kukenal
seribu mimpi mungkinkah tergapai
masih sadarkah aku
akan keterasingan ini
tak ada yang bicara kini
kencang irama lagumu tak mampu lelapkanku
bulan setengah penuh hiasi langit cerah
diantara bermilyaran bintang tak kenal resah
tak seperti diri ini yang sering gundah
selalu kau hiasi dinding langit tanpa celah
keberadaanmu hampir saja menghiburku
mungkin kah kutemukan bintang lagi dalam hidupku
setelah lalui seribu satu gelisah
tanpa sadar waktu bergulir cepat
tinggalkan langkahku yang kian pudar
tersaput ombak dilamun badai
dimanakah ku berada kini
dinegeri seribu satu gundah
atau dinegeri seribu satu gelisah
langkah serba salah
tak sertai dirimu lagi
kata laku mu sekarang terdengar parau
sumbang nyanyian mereka usik tidur lelap
malam kian pekat
lamunan ku pun makin gelap
November 2008
pojokan timur negeri tercinta
»» Baca Selengkapnya...